PENGUKURAN DAN ALAT
UKUR
Konsep Segitiga daya
, Jenis Beban, dan Pengukuran Daya Oleh Wattmeter
Created by
MUHAMMAD AL ROSHADY
MUHAMMAD AL ROSHADY
Bagian 1
Konsep Segitiga Daya
Mari
kira awali dengan penjelasan mengenai daya listrik terlebih dahulu. Seringkali
terjadi kebingungan antara daya dan energi. Energi didefinisikan sebagai
kemampuan untuk melakukan kerja. Energi memiliki satuan Joule atau Btu.
Sedangkan daya didefinisikan sebagai laju energi yang dibangkitkan atau
dikonsumsi. Satuan dari daya adalah Joule/detik atau watt. Maka satuan energi
listrik adalah watt-detik atau lebih populer dengan watt-hour.
Dalam
sistem listrik AC / Arus bolak-balik ada tiga jenis daya untuk
beban yang memiliki Impedansi (Z),yaitu:
·
Daya Semu (S) ,
satuannya VA (Volt Ampere)
Pada beban impedansi (Z), Daya semu adalah daya yang terukur atau terbaca pada alat ukur. Daya semu adalah penjumlahan daya aktif dan reaktif secara vektoris.
Pada beban impedansi (Z), Daya semu adalah daya yang terukur atau terbaca pada alat ukur. Daya semu adalah penjumlahan daya aktif dan reaktif secara vektoris.
·
Daya Reaktif (Q),
satuannya VAR (Volt Ampere Reaktif)
Daya reaktif
adalah daya yang timbul akibat adanya efek induksi elektromagnetik oleh beban
yang mempunyai nilai induktif (fase arus tertinggal / laging) atau kapasitif
(fase arus mendahului/leading)
·
Daya Aktif(P),
satuannya W (Watt)
Daya aktif disebut juga daya nyata yaitu daya yang dibutuhkan oleh beban.
Daya aktif disebut juga daya nyata yaitu daya yang dibutuhkan oleh beban.
Hubungan dari ketiga daya diatas (S, Q, P) disebut
segitiga daya.
Jika
digambarkan dalam bentuk segitiga daya, maka daya nyata direpresentasikan oleh
sisi miring dan da ya aktif maupun reaktid direpresentasikan oleh sisi-sisi
segitiga yang saling tegak lurus.
Dari
gambar diatas terlihat pula bahwa semakin besar nila daya reaktif (Q) akan
meningkatkan sudut antara daya nyata dan daya semu atau biasa disebut dengan
power factor / COS φ. sehingga daya yang terbaca pada
alat ukur (S) lebih besar daripada daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban
(P).
Secara Matematis
dapat dituliskan .
Dimana
:
S=V x I (VA)
P=V x I
x Cos φ (W)
Q=V x I
x Sin φ (VAR)
Bagian 2
Jenis-jenis Beban AC
(Arus bolak-balik)
Dalam sistem listrik
arus bolak-balik, jenis beban dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu :
- Beban resistif (R)
- Beban induktif (L)
- Beban kapasitif (C)
1. Beban Resistif (R)
Beban
resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja (resistance),
seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar.
Beban jenis ini hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya
sama dengan satu. Tegangan dan arus sefasa. Persamaan daya sebagai berikut :
P
= VI
Dengan :
P
= daya aktif yang diserap beban (watt)
V
= tegangan yang mencatu beban (volt)
I
= arus yang mengalir pada beban (A)
Gambar
1 Rangkaian Resistif Gelombang AC
Gambar
2 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Resistif
2. Beban Induktif (L)
Beban
induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat yang dililitkan pada
suatu inti, seperti coil,transformator, dan solenoida. Beban
ini dapat mengakibatkan pergeseran fasa (phase shift) pada arus
sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa
medan magnetis akan mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal
terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :
P
= VI cos φ
Dengan
:
P
= daya aktif yang diserap beban (watt)
V
= tegangan yang mencatu beban (volt)
I
= arus yang mengalir pada beban (A)
φ
= sudut antara arus dan tegangan
Gambar
3 Rangkaian Induktif Gelombang AC
Gambar
4 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Induktif
Untuk menghitung besarnya
rektansi induktif (XL), dapat digunakan rumus :
Dengan
:
XL =
reaktansi induktif
F
= frekuensi (Hz)
L
= induktansi (Henry)
3. Beban Kapasitif
(C)
Beban
kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau kemampuan
untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical discharge)
pada suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap
tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :
P
= VI cos φ
Dengan
:
P
= daya aktif yang diserap beban (watt)
V=
tegangan yang mencatu beban (volt)
I
= arus yang mengalir pada beban (A)
φ
= sudut antara arus dan tegangan
Gambar
5 Rangkaian Kapasitif Gelombang AC
Gambar
6 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Kapasitif
Untuk menghitung besarnya
rektansi kapasitif (XC), dapat digunakan rumus :
Dengan :
Dimana :
XL =
reaktansi kapasitif
f
= frekuensi
C
= kapasitansi (Farad)
Bagian 3
Pengukuran Daya Menggunakan WattMeter
Dalam
pengukuran daya,ada 2 metode yaitu:
1. Metode Pengukuran Daya Secara
Tidak Langsung
Ada dua jenis pengukuran daya menggunakan
metode pengukuran tak langsung, ditinjau dari letak kedua
alat ukur, yaitu ampermeter dan voltmeter :
o
Voltmeter dipasang sebelum
ampermeter
o
Voltmeter dipasang setelah
Ampermeter
2. Metode Pengukuran Daya Secara Langsung
Pengukuran daya listrik secara
langsung adalah dengan menggunakan wattmeter Namun disini,akan dibahas mengenai
penggunaan Wattmeter
Wattmeter
adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam satuan watt
dimana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter
Dalam pengoperasiannya
harus memperhatikan petunjuk yang ada pada manual book atau tabel yang
tertera pada wattmeter. Demikian juga dalam hal pembacaannya harus mengacu pada
manual book yang ada
Macam Wattmeter dibagi menjadi 3,yaitu:
Macam Wattmeter dibagi menjadi 3,yaitu:
1.
wattmeter
elektrodinamik / analog
Wattmeter
elektrodinamik atau elektrodinamometer, instrumen ini cukup familiar dalam
desain dan konstruksi elektrodinamometer tipe ampermeter dan voltmeter
analog. Kedua koilnya dihubungkan dengan sirkuit yang berbeda dalam
pengukuran power. Koil yang tetap atau field coil dihubungkan secara seri dengan rangkaian, koil bergerak
dihubungkan paralel dengan tegangan dan membawa arus yang proporsional dengan
tegangan. Sebuah tahanan non-induktif dihubungkan secara seri dengan koil
bergerak supaya dapat membatasi arus menuju nilai yang kecil. Karena koil
bergerak membawa arus proposional dengan tegangan maka disebut pressure
coil atau voltage coil dari wattmeter
Konstruksi Wattmeter Analog sebagai berikut
:
I* = arus masuk
I = arus keluar
L1 = phase R
L2 = phase S
L3 = phase T
3~ = penggunaan wattmeter untuk sistem 3 phase
~ = penggunaan wattmeter untuk 1 phase / untuk DC
A = skala arus
V = skala tegangan
I = arus keluar
L1 = phase R
L2 = phase S
L3 = phase T
3~ = penggunaan wattmeter untuk sistem 3 phase
~ = penggunaan wattmeter untuk 1 phase / untuk DC
A = skala arus
V = skala tegangan
Pembacaan
dari nilai didasarkan pada rumusan sebagai berikut :
P
= U x I x C
Dimana
:
U
= pembacaan pada jarum penunjuk
wattmeter
I = pemilihan arus ( dari switch jarum menunjuk pada skala tertentu)
C = faktor koreksi dapat dilihat pada tabel di Wattmeter.
I = pemilihan arus ( dari switch jarum menunjuk pada skala tertentu)
C = faktor koreksi dapat dilihat pada tabel di Wattmeter.
2.wattmeter induksi
Perbedaan
dengan wattmeter jenis dinamometer adalah wattmeter induksi hanya dapat
dipakai dengan suplai listrik bolak balik sedangkan wattmeter jenis
dinamometer dapat dipakai baik dengan suplai listrik bolak balik atau
searah.Kelebihan dan keterbatasan wattmeter induksi yaitu wattmeter induks
imempunyai skala lebar, bebas pengaruh medan liar, serta mempunyai
peredaman bagus. Selain itu, alat ukur ini juga bebas dari error akibat
frekuensi.
Kelemahannya adalah timbulnya error yang kadang-kadang serius yang diakibatkan oleh pengaruh suhu sebab suhu ini berpengaruh pada tahanan lintasan arus eddy.Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter. Didalam instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan kumparan tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan tersebut berbanding lurus dari hasil perkalian arus dan tegangan.Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sesuai dengan catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC.Daya listrik DC dirumuskan sebagai Dimana P = daya (Watt)V = tegangan (Volt)I = arus (Ampere)Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu phase dan daya untuk tiga phase.Pada sistem satu phase dirumuskan sebagai berikut
Kelemahannya adalah timbulnya error yang kadang-kadang serius yang diakibatkan oleh pengaruh suhu sebab suhu ini berpengaruh pada tahanan lintasan arus eddy.Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat ukur wattmeter. Didalam instrumen ini terdapat dua macam kumparan yaitu kumparan arus dan kumparan tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam kumparan tersebut berbanding lurus dari hasil perkalian arus dan tegangan.Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok sesuai dengan catu tenaga listriknya, yaitu daya listrik DC dan daya listrik AC.Daya listrik DC dirumuskan sebagai Dimana P = daya (Watt)V = tegangan (Volt)I = arus (Ampere)Daya listrik AC ada dua macam yaitu daya untuk satu phase dan daya untuk tiga phase.Pada sistem satu phase dirumuskan sebagai berikut
P
= VI
P = V . Icos f
P = V . Icos f
3. wattmeter digital
Wattmeter elektronik digital modern/energy meter
menghasilkan sampel tegangan dan arus ribuan kali dalam sedetik. Nilai
rata-rata tegangan instan yang dikalikan dengan arus adalah true power (daya
murni). Daya murni yang dibagi oleh volt-ampere (VA) nyata adalah power factor.
Rangkaian
komputer menggunakan nilai sampel untuk menghitung tegangan RMS, arus RMS, VA,
power (watt), power factor, dan kilowatt-hours (kwh). Model yang sederhana
menampilkan informasi tersebut pada layar display LCD. Model yang lebih canggih
menyimpan informasi tersebut dalam beberapa waktu lamanya, serta dapat
mengirimkannya ke peralatan lapangan atau lokasi pusat.
Sedangkan
untuk Wattmeter digital,memiliki konstruksi sebagai berikut:
Cara Pemakaian Wattmeter
Digital:
1.
Masukan Kabel Power Sumber ( In
Put ) Pada Terminal WATT & 10 A, Sesuai Petunjuk Pada Watt
Meter Digital Yang Bertuliskan “ POWER SOURCE “.
2.
Masukan Kabel Beban ( Out Put )
Pada Terminal COM & V, Sesuai Petunjuk Pada Watt Meter Digital Yang
Bertuliskan “ LOAD “.
3.
Setelah Kabel In Put ( Power Source ) &
Out Put ( Load ) Terpasang, Hidupkan Watt Meter Digital Dengan Menggeser Tombol
Pada Posisi ON.
4.
Tekan Tombol Pilihan Watt 1 ( 2000
W ) atau Watt 2 ( 6000 W – X10 W) Tergantung Dari Beban Yang Akan Di Ukur.
5.
Apabila Pada Layar Tidak Tertulis
Nol Maka Perlu Di Setting Watt Zero Adjust Agar Tampilan Pada Layar Bernilai Nol.
6.
Masukan Kabel In Put ( Power
Source ) Pada Stop Kontak Agar Beban / Load Dapat Bekerja.
7.
Lihat Hasil Tampilan Pada Layar,
Apabila Menggunakan Batas Ukur Yang Watt 1 ( 2000 W ) Maka Tampilan Pada Layar
Merupakan Hasil Pengukuran Daya Pada Beban / Load.
8.
Apabila Menggunakan Batas Ukur Yang Watt 2 (
6000 W ), Maka Hasil Pada Layar Di Kalikan 10
Baru Ketahuan Hasilnya.
9.
Apabila Sudah Selesai Dalam
Pengukuran Daya, Matikan Watt Meter Digital Dengan Menggeser Tombol Pada Posisi
OFF.
4 . Pengukuran
Daya Arus Searah (Dc).
Pengukuran daya arus searah dapat dilakukan dengan alat
ukur Wattmeter. Didalam instrument ini terdapat dua macam kumparan yaitu
kumparan arus dan kumparan tegangan. Kopel yang dikalikan oleh kedua macam
kumparan Wattmeter 4 tersebut berbanding lurus dari hasil perkalian arus dan
tegangan.
5.
Pengukuran
Daya Arus Bolak-Balik Satu Phase
Wattmeter 5 Dalam gambar 3 dapat dilihat bahwa dalam
menghubungkan ke beban dan saluran supply daya listrik wattmeter untuk
pengukuran daya satu phase ada kesamaan dengan pengukuran daya DC, terminal
input output pada Wattmeter mempunyai kesamaan dengan saat mengukur daya DC.
6.
Pengukuran
Daya Arus Bolak Balik Tiga Phase
Gambar 4: Mengukur daya tiga fase
dengan satu wattmeter. Pengukuran seperti gambar 4 diatas dilakukan untuk
jaringan tiga fase beban simetri, daya masing-masing fase sama besar P1 = P2 =
P3 Besar daya
yang diserap beban tiga fase pada gambar 4, dirumuskan sebagai P
= U . I . C.
Pembacaan dari nilai didasarkan pada rumusan sebagai berikut :
P
= U x I x C
Dimana :
U = pembacaan pada jarum penunjuk wattmeter
I = pemilihan arus ( dari switch jarum menunjuk pada skala
tertentu)
C
= faktor koreksi dapat dilihat pada tabel di Wattmeter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar