Mengenal daya aktif, daya reaktif dan faktor daya · by simbangando Postingan kali ini akan menjawab pertanyaan Syarif
pada postingan terdahulu tentang harmonisa daya. Oke, saya awali dengan
penjelasan mengenai daya listrik terlebih dahulu. Seringkali terjadi
kebingungan antara daya dan energi. Energi didefinisikan sebagai kemampuan
untuk melakukan kerja.
Energi memiliki satuan Joule atau Btu. Sedangkan daya
didefinisikan sebagai laju energi yang dibangkitkan atau dikonsumsi. Satuan
dari daya adalah Joule/detik atau watt. Maka satuan energi listrik adalah
watt-detik atau lebih populer dengan watt-hour.
Daya dengan satuan watt disebut
sebagai daya aktif (P). Daya inilah yang dikonsumsi oleh berbagai macam
peralatan listrik.
Selain daya aktif, kita kenal daya reaktif. daya reaktif ini
memiliki satuan VAR atau volt ampere reaktif. Daya reaktif (Q) ini tidak
memiliki dampak apapun dalam kerja suatu beban listrik, dengan kata lain daya
reaktif ini tidak berguna bagi konsumen listrik.
Gabungan antara daya aktif dan
reaktif adalah apparent power atau daya nyata (S). Jika digambarkan dalam
bentuk segitiga daya, maka daya nyata direpresentasikan oleh sisi miring dan
daya aktif maupun reaktid direpresentasikan oleh sisi-sisi segitiga yang saling
tegak lurus. Lalu, apa hubungannya
dengan faktor daya?
Faktor daya sering disebut sebagai cos phi (cosine phi)
dimana phi adalah sudut antara daya nyata (S) dengan daya aktif (P). P sendiri
sama dengan (S * cos phi). Sedangkan Q (daya reaktif) sama dengan (S*sin phi) .
Ingat, cos phi tidak sama dengan efisiensi. Analogi sederhananya adalah, ada
suatu jalan dengan lebar tertentu . Kemudian kita bariskan 10 orang pada jalan
tersebut, ternyata baru memakai 10% dari lebar jalan. Kemudian, kita tambahkan
menjadi 80 orang ternyata 80% lebar jalan dapat kita pergunakan. Terlihat,
dengan semakin banyak orang yang bisa kita masukkan ke jalan tersebut, maka
faktor pemanfaatan jalan juga semakin tinggi. Tentu berbeda jika dari 1000
orang , kita suruh berjalan dalam bentuk 10 baris jika dibandingkan dengan
bentuk barisan berupa 80 baris.
Apa yang terjadi jika faktor daya ( cos phi) tinggi dan
apa yang terjadi jika rendah. Oke, kita langsung masuk ke perhitungan saja
supaya lebih mudah untuk memahami efek dari faktor daya.
Misalkan PLN menyuplai
daya pada suatu pabrik sebesar 500 kW berupa daya aktif. (ingat satuannya!!!),
pada rating tegangan 10kV.
Kemudian hitung rugi-rugi pada saluran distribusi
daya yang dimiliki PLN jika faktor daya beban konsumen sebesar 0,6 dan
0,9.
Dari persamaan diatas, terlihat
bahwa daya aktif
(P) = V*I*PF ,
dimana
PF(power factor) adalah faktor daya atau
cos phi.
Maka untuk faktor daya sebesar 0,6 akan kita dapat arus yang disuplai PLN
ke konsumen sebesar
I = P/(V*PF) = 83,33 A .
Sedangkan untuk faktor daya pada
beban konsumen sebesar 0,9 , besar arus yang disuplai PLN sebesar
I = 55,55 A.
Jika kita bandingkan, untuk daya aktif yang sama, PLN harus menyalurkan arus
lebih besar jika faktor daya beban yang dimiliki konsumen lebih rendah. Arus
yang tinggi ini akan menyebabkan kenaikan rugi-rugi daya pada saluran yang
harus ditanggung oleh PLN. Perlu diingat, rugi-rugi daya didefinisikan sebagai
hasil perkalian antara kuadrat arus dengan hambatan pada saluran listrik.
Oleh
karena itu, untuk konsumen industri PLN mengenakan biaya tambahan berupa biaya
beban reaktif. Sedangkan untuk konsumen rumah tangga tidak ada pos biaya beban
reaktif.
Mungkin anda masih ingat
beberapa waktu yang lalu, sempat menjadi tren untuk menggunakan penghemat
listrik pada rumah tangga. Memang ada beberapa jenis penghemat listrik, salah
satunya memanfaatkan kapasitor untuk meningkatkan faktor daya, sehingga daya
reaktif yang dikonsumsi menurun.
Sebenarnya hal itu tidak terlampau berguna
bagi konsumen rumah tangga, karena tidak ada biaya beban reaktif. Mengenai cara
meningkatkan faktor daya , insya ALLAH akan saya bahas di postingan
berikutnya Sebagai referensi untuk
detail perhitungan, anda bisa membaca buku Rangkaian Listrik karangan
DR.Sudaryatno Sudirham. Mudah dipahami.